Topik Pilihan

Sebuah Pilihan Hidup Wanita Jomblo: Sibuk dengan Porduktivitasnya atau Menjadi Bucin?

Saat wanita-wanita bucin lain menikmati hari-hari indah dengan pacarnya, para wanita jomblo akan sibuk melakukan dua hal: menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan produktifnya, atau sibuk meratapi nasib mereka. Terlepas ini sesuai realita atau tidak, yang jelas penulis hanya menuliskan pemikiran dan pengalaman pribadi, sebagai salah satu pelampiasan. Ya salah satunya pelampiasan dari kesepiannya (EAA! Ngaku ae jomblo :p)

Oke, back then~
Banyak orang yang beralibi “Jomblo/single adalah pilihan.” (Padahal banyak yang bilang single dan jomblo adalah dua kata dengan definisi yang berbeda~ Halah embuh menurut saya si sama saja). Ya, benar-benar saja ungkapan itu, karena semua pilihan hidup termasuk memiliki pasangan atau tidak adalah hak masing-masing insan manusia. Menjadi jomblo tidak salah, pun begitu sebaliknya, berpasanganpun tidak salah (asalkan masih dalam koridor agama dan sudah cukup umur- menurut saya sih). Yang tidak benar adalah saling mengolok antara yang jomblo ke yang tidak jomblo, atau sebaliknya.

Terkadang, dalam menikmati kesendiriannya wanita jomblo ini (jujur saja) merasa kesepian. Tidak ada yang mengucapkan selamat pagi, selamat kuliah, selamat kerja, atau selamat tidur. Tidak ada juga yang menyambut kepulangan dan kelelahan kita dengan senyum dan guyonan ala-ala roman picisan. Yaa tidak salah juga, wong manusiawi. Yang menjadi permasalahan adalah wanita-wanita yang larut dalam ke-bucin-annya sampai lupa kewajiban-kewajiban dan kesempatan-kesempatan emas terkait akademik maupun karirnya. Menjadi jomblo yang berkualitas rupanya salah dapat menjadi motivasi, bahwa perempuan terbaik bukan mereka yang cepat laku. Tapi mereka yang dapat memanfaatkan peluang dan waktunya untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, dibanding memuaskan nafsu pacarnya (maaf, agak frontal).

Menurut saya, sebagai salah satu mahasiswi yang sedang jomblo (ehem), kejombloan adalah salah satu anugerah yang patut disyukuri. Betapa tidak, kita akan lebih banyak memiliki waktu untuk memikirkan kuliah, organisasi, maupun pekerjaan. Fokus kita akan jauh lebih berkelas. Dibanding menjadi wanita halu yang bawaannya pengen cepet dinikahi. Yaa, walaupun sah-sah saja si minta dinikahin. Hal yang terpenting menjadi jomblo adalah bagaimana kita mensyukuri nikmat waktu. Porsi waktu untuk memikirkan orang tua, porsi waktu untuk memikirkan masa depan dengan mengisi hari-hari dengan kegiatan-kegiatan positif akan lebih banyak. Syukur-syukur bisa menambah list achievment maupun pengalaman di CV. Then, berbanggalah menjadi wanita-wanita sibuk pengejar mimpi!

Hidup tidak sebatas punya pacar atau tidak. Sekarang jomblo atau tidak. Sekarang sudah laku atau tidak. Toh, yang sekarang punya pacar juga belum tentu akan jadi istri atau suami mereka. Kita hanya perlu menunggu dengan cara-cara yang lebih elegan. Salah satunya menambah pengalaman di bidang akademik, karir, maupun keorganisasian. Yang tanpa sadar pasti akan sangat bermanfaat saat kita sudah menjadi orang tua yang harus mendidik anak-anak kita, melayani suami, apalagi bagi mereka yang juga bekerja. Wanita bukan lagi budak cinta dan urusan selangkangan belaka. Wanita bukan lagi sebagai objek, jika memang tugas wanita adalah sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak. Wanita akan menjadi subjek pula menemani pasangannya nanti (yang sudah halal) dalam membesarkan dan mendidik anak. Lebih dari itu, sesuatu yang lebih mulia adalah melahirkan generas-generasi yang cerdas nanti.

Tulisan ini bukan berarti memojokkan para wanita yang tidak jomblo, atau mengeneralisir mereka semua bucin. Tulisan ini hanya sebagai bentuk refleksi bagaimana wanita ini selalu menjadi objek percintaan dan yang selalu merasa paling nelangsa jika tidak punya pacar. Tulisan ini juga bentuk refleksi bagi mereka wanita berpasangan yang lingkaran hidupnya hanya dengan pacarnya, dan skeptis terhadap perubahan-perubahan lingkungan, sosial di sekelilingnya (Ya, karena prinsip asalkan bersamanya itu). Maka dari itu, berbanggalah bagi kita semua yang merasakan kesibukan untuk proses pengembangan-pengembangan diri yang tidak mudah mengeluh walaupun pundak pacar tidak kita miliki. Tenang, pundak kedua orang tua dan aduan ke Tuhan YME adalah sebuah sandaran terbaik yang pernah ada. maka dari itu nikmatilah proses kesendirian tanpa diliputi galau, apalagi merasa tidak laku.

Bagi yang sudah memiliki pasangan, maka bersyukurlah juga karena sudah menemukan orang yang mencintai dan dicintai kamu, asalkan tidak lupa saja bahwa kasih sayang orang tua jauh lebih pantas dihargai dan dicari-cari dibanding kasih sayang dari seorang pacar yang mungkin baru beberapa tahun kita kenal. Semoga tidak lupa juga bahwa mereka yang disampingmu saat ini menjadi pacar adalah mungkin calon suami wanita lain di masa depan. So, jangan berlebihan dalam mengakuisisi.

Tulisan ini lahir dari keresahan diri sekaligus bentuk penenangan diri yang juga termasuk wanita jomblo yang terkadang juga memiliki perasaan sepi di tengah-tengah lelahnya mengejar banyak deadline. Hehehehe~

CHEER UP :*

Love,

Anyik~

simple person :) just fun with me :D

Leave a Reply

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *