Sebuah Perenungan untuk Selamatkan Bumi
My Gallery, Topik Pilihan

Sebuah Perenungan untuk Selamatkan Bumi

Seekor hiu berenang di samping tas plastik (kebanyakan orang menyebut: Kresek) di perairan Gulf Aden dekat Yaman. Sebuah karya dari fotografer Thomas P. Peschak. Sumber: National Geographic Creative

Jika ada definisi manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Mungkin implementasi paling tepat di zaman sekaran adalah bermanfaat bagi lingkungan dan bumi dengan tujuan mewariskan bumi yang baik-baik saja untuk masa depan anak cucu kita kelak. Betapa tidak? Saat ini kita semua sudah mulai merasakan bagaimana panasnya matahari yang sangat terik dibanding saat kita kecil dulu. Sebagian kita mungkin juga mengalami susahnya mencari sumber mata air bersih seperti dulu saat kita sering mandi di sungai-sungai. Mungkin sebagian dari kita yang orang tuanya petani atau pekebun yang dulu selalu teratur panen di musim hujan atau di musim kemarau, saat ini mungkin sudah sangat susah memprediksi kapan panen di musim hujan atau di musim kemarau karena perubahan iklim yang sudah kian membingungkan isi kepala. Pun, begitu pula contoh-contoh lain yang menjadi tanda-tanda kecil bumi kita sudah tidak baik-baik saja.

Menurut laporan yang dikutip di majalah National Geographic menyebutkan bahwa penggunaan plastik sekali pakai mencapai 40% dari total limbah plastik yang terbuang dan setiap tahunnya 8,8 juta ton sampah plastik mengalir dari sungai-sungai ke laut atau samudera di berbagai belahan dunia. Sampah plastik ini membahayakan kehidupan alam, mencemari air, dan memberikan risiko kesehatan bagi manusia. Bahkan, Profesor Jenna Jambeck dari Universitas Georgia memridiksi bahwa 5,3 hingga 14 juta ton setiap tahun akan ada limbah plastik yang terbuang dari masing-masing regional kota. Beberapa pulau dan laut yang tercemar yaitu Nusa Penida (Bali), Samudera Pasifik wilayah laut Cina Timur dan Pulau Henderson.

Menyinggung konsumsi plastik, sehari-sehari kita tidak mungkin lepas dari benda dengan bahan yang disebut plastik ini. Mulai dari urusan personal care kita, kebutuhan pangan, perlatan rumah tangga, peralatan sekolah, instrumen kerja, dll mungkin akan selalu berhubungan dengan plastik. Atau paling tidak kita selalu menjumpai dan menggunakannya setiap hari. namun, dibalik kebersyukuran kita terhadap penemuan berharga abad ke-19 yang memunculkan plastik sebagai media penyimpanan, pengemasan dan produk-produk lainnya yaitu ke-ironi-an kita terhadap apa yang menjadi dampak dari penggunaan plastik ini. Kita tahu bahwa plastik tidak dapat derdekomposisi secara alami di tanah, sedangkan kita sebagai manusia-manusia penggunanya tak juga tersadarkan atau bahkan acuh tak acuh terhadap apa yang bisa dilakukan plastik terhadap lingkungan kita.

Menjadi manusia yang Rahmatal Lil Alamin, yang mencintai seluruh alam semesta ini, semestinya kita akan sangat nelangsa jika tahu fakta bahwa ada biota-biota laut menjadi terancam. Sudah pernah lihat dokumentasi penyu yang tertusuk hidungnya oleh sedotan plastik? Atau sudahkah melihat ikan yang mengira plastik kresek berwarna yang ada di laut adalah sebuah ubur-ubur sehingga ia mencabik-cabiknya dan menelan ke perutnya? Atau sudahkah melihat seekor kuda laut yang ekornya membawa sampah cuttonbuds? Sedihlah melihat fenomena ini. Menangislah karena mungkin apa yang kita buang hari ini membuat mereka menderita dengan plastik-plastik di lautan sana.

Lebih dari binatang-binatang yang tersakiti oleh plastik-plastik yang terbuang di lautan. Ikan-ikan yang membawa microplastik di dalam tubuhnya dan secara kebetulan dikonsumsi oleh kita, maka apa yang akan terjadi? Baiklah, kita bayangkan saja kita memakan plastik itu sendiri dengan perantara si ikan yang malang. Kita semua akan berakhir sama saja, menelan plastik-plastik yang kita buang sendiri.

Menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain tidak harus literally membuat orang lain merasakan kebermanfaatan kita secara langsung. Manusia sudah diutus untuk menjadi khalifah di muka bumi, maka secara tidak langsung Tuhan telah menitipkan bumi ini untuk kita kelola dengan baik dan maksimal. Bukan dirampas, diperas, dieksploitasi, dihabis-habiskan untuk memuaskan hasrat dan nafsu serakah manusia itu sendiri. Kita tidak mungkin menjadi penghuni bumi selama-lamanya. Kita akan berakhir dengan meninggalkan warisan bumi untuk anak-anak cucu kita. Apakah kita sendiri rela dan tega melihat nanti para generasi penerus kita akan kesulitan hanya untuk mencari air? Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangannya karena semua tanah sudah tidak bisa lagi digunakan untuk bercocok tanam? Apakah kita tega melihat mereka kesulitan menahan panas matahari yang ekstrim, atau bahkan cuaca dingin yang menusuk padahal bukan saat di musimnya?

Rosulullah pasti memiliki tujuan besar mengapa menyabdakan bahwa orang yang paling baik adalah mereka yang bermanfaat bagi yang lainnya. Bukan tidak benar jika apa yang dimaksud juga termasuk peran kita sebagai manusia untuk bumi ini? Untuk makhluk-makhluk hidup penghuni bumi lainnya. Jika ada yang mengatakan “Apa yang kita tanam adalah apa yang kita panen” maka situasi macam ini adalah gambaran terbesar bagi kita semua bahwa apa yang selama ini kita buang dan tidak diperhatikan merupakan ancaman terbesar bagi kita sendiri dan anak cucu terhadap kelangsungan hidup di bumi.

Lalu, sampai manakah peran kita dalam menjaga bumi? Sedikit merenungkan, bahwa bisajadi ternyata kita tidak memiliki peran apapun dalam pelestarian bumi, atau bahkan malah menjadi salah satu kontributor perusak bumi dengan gaya hidup yang semena-mena. Kunci utamanya adalah bersyukur, karena dengan bersyukur kita akan jauh lebih bisa mengelola frekuensi konsumsi kita yang selanjutnya kita juga bersyukur telah dikaruniai banyak sekali nikmat dari Tuhan akan kemewahan alam yang sudah kita nikmati. Maka dengan hal itu, kita akan tumbuh kesadaran dalam ikut serta menjaga bumi dengan merubah sedikit demi sedikit perilaku penggunaan plastik sekali pakai yang semena-mena.

Sudah berhenti saja debat kusir politik dan pemenangan kekuasaan. Mari sama-sama kita bangun negeri ini dengan lingkungan yang sehat, aman, dan berkelanjutan. Dukunglah siapa saja yang berjuang untuk tujuan-tujuan ini. Hal yang terpenting bukanlah kemenangan pada golongan atau pribadi, melainkan kemenangan untuk semua manusia di negeri ini atau bahkan di dunia ini dari ancaman-ancaman global lingkungan yang semakin memekikkan hati dan nurani.

Ealah, kok nyambung-nyambung politik dan kekuasaan ini? Karena musimnya #2019GantiPresiden ni? Hahaha

Tidak, hanya ingin saling mengingatkan, bahwa kita semua mendapat amanah dari Tuhan untuk merawat,menjaga, menyayangi bumi kita. Ya, menjadi manusia yang Rahmatal Lil Alamin.

Love,

Anyik

 

simple person :) just fun with me :D

Leave a Reply

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *