Thank God, I am Totally Grateful with My 2018

Happy New Year, everyone, and especially for me. Happy for my new hopes, dreams, vibes, minds, or whatever in positively that will be mine later.

Kebahagiaan tahun baru pasti masih terasa bagi banyak orang di dunia, termasuk aku sendiri. Meski perayaan tahun baru dari tahun ke tahun not oficially merayakan dengan pesta kembang api, bakar-bakaran sama teman-teman (yang pasti bukan bakar-bakaran rumah ya. Oke fix retjeh :P), terompet, atau atribut-atribut tahun baru yang lain. Bukan juga termasuk penganut faham “Tahun Baru-an is Bid’ah”, atua bahkan “Tahun Baru Masehi is Haram” :)))) Yaa jelas kan karena dari awal sudah kasih greeting happy new year ke kalian hehe~ Alasan satu-satunya karena merayakan tahun baru dengan turunke jalan, atau dengan perayaan-perayaan menyalakan kembang api or meniupkan terompet memamng bukan jadi kewajiban sejak aku kecil, apalagi dengan keluarga yang sangat kental dengan Islam. Mentok saat perayaan tahun baru ya Cuma liat perayaannya aja di TV. Jadi emang gak tertarik aja bukan karena anti tahun barua-an club gitu kok. Terlebih saat mulai masuk jenjang SLTA aku menetap di Pesantren. Yakali kan di pesantren bakal ada kembang api sama terompet saat malam tahun baru. Eiittss, tapi bukan berarti gak merayakan lo, dulu di pesantrenku yang lama (Al Hikmah 2) malam tahun baru diisi dengan hadroh-an dan sholawatan bersama-sama di masjid tercinta kami. Suasananya juga gak kalah ramai, para pengisi berada di tengah masjid, kemudian santri yang lain mengelilingi sambil meneriakkan idola-idola hadrohnya masing-masing. Hahaha. Iya tau, zaman alay dulu 😛

Oke, skip tentang cerita tahun baru-an di pesantren (soalnya udah bosen haha). Mari kita bicarakan tentang 2018 sebelum semuanya hanya jadi abu karena terbakar habis oleh waktu. Mumpung masih seger, yuk saling mengingat apa saja yang telah kita semua lakukan di tahun 2018. Bahasa pesantrennya si muhasabah dan menghisab diri sendiri, sebagai bahan introspeksi untuk evaluasi di tahun 2019 nanti. Buatku sendiri, 2018 adalah tahun paling dewasa ku di antara tahun-tahun yang sudah aku lewati dari 1997 – 2018 kemarin. Mungkin karena memang di tahun 2018 aku merasa sudah tua dan berkepala dua. Hahaha. Alhamdulillah diberi kesadaran sudah memasuki wilayah orang dewasa. 2018 adalah tahun self improvement ku sekali karena di tahun ini aku akhirnya menyadari tentang sebuah tujuan hidup, pengenalan diri sendiri, bagaimana menghargai orang lain, bagaimana menyikapi sebuah realita and i was so amaze with myself in that year bc i am totally so grateful. Ada banyak sekali cerita, kenangan, masalah, duka yang rasanya nano-nano. Semuanya pasti punya cerita masing-masing and here is my stories about my 2018.

  1. Tahun Pengenalan Diri

WHY? Karena di tahun 2018 aku menyadari satu hal tentang sifat atau kepribadianku yang sebelumnya kusimpulkan hanya sebagai a bad characteristic called it “Moodie”. Dulu aku selalu menghakimi diri sendiri dengan “Ih Nyik, moodie banget nih jadi orang. Kan jadi gini jadinya” Blah blah blah dengan penyesalan yang senada. Ya bukan juga di tahun 2018 aku menemukan pembelaan hahaha. Maksudnya aku bisa jadi mengerti ternyata aku punya kepribadian yang sedikit berbeda dengan orang-orang, selera hidup yang berbeda dari kebanyakan orang, pandangan hidup yang berbeda, makanya aku` lebih sering merasa upset dengan kondisi yang mengharuskan aku memiliki persepsi yang sama. Tanpa tau cara mengendalikannya, akhirnya yang terjadi hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Melalui pengenalan diri lebih dalam, dan akhirnya menemukan jawaban bahwa i am an INFJ lewat sebuah tes kepribadian online yang menurutku sudah cukup akurat dan mewakili kepribadianku banget. Mengetahui merupakan seorang INFJ gak juga bikin aku bangga dengan diri sendiri, hanya saja aku menjadi lebih percaya diri sendiri dengan perbedaan yang aku miliki, aku lebih bisa tau caranya mengendalikan emosi, caranya menghadapi sebuah masalah, dan caranya menyikapi perbedaan itu sendiri. Pastinya juga lebih tau caranya bersyukur dan mencintai diri sendiri. Makanya aku bilang 2018 merupakan tahun penemuan jati diriku banget, meski terbilang telat karena di usia 21 akhirnya bisa menemukan siapa aku sesungguhnya. Hehehe. But i think this is not a competition, siapapun bisa jadi baru bisa menemukan jati dirinya di usia 20 tahun, 30 tahun, 40 tahun atau bahkan saat masih belum selesai masa-masa pubertasnya. Walaupun tetap si pengenalan terhadap diri sendiri lebih dini pasti akan lebih bagus juga Cuma ya jangan jadi minder gitu buat yang usianya udh 20 an ke atas tapi belum menemukan. Intinya mah berusaha terus dengan rajin membaca, rajin diskusi dengan orang-orang positif, rajin merenung dan salah staunya rajin menuliskan isi pikiran mungkin. Hehehehe. Jadi gitu yaaa.. Congrtas for me for this achievment. Heheheyy

  1. My Year of Move On

WOOWW! Akhirnya MOVE ON nih?!!1!1!?!1!

Hehehe~~
Walau gak tau pasti kapan benar-benar move on dari mantan terakhir (TERAKHIR NYA TU 2015 LHOOO GUYS BTW L), tapi aku merasa di tahun 2018 aku benar-benar memikirkan secara dalam and then find myself with the conclusion that i have to move! Sebuah fikiran yang dilematis sih sebenarnya, agak berat (padahal berat banget) tapi bukan jadi paksaan juga karena di tahun ini aku benar-benar secara pelan-pelan melupakan, dan terutama menyadari bahwa mengingat masa lalu bukanlah sebuah keputusan yang bijak. Yang aku lakukan hanya cukup dengan berjalan terus lurus ke depan, memikirkan prioritas-prioritas yang ada, kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi, dsb. Aku juga harus bisa memulai membuka hati, meski pelan-pelan. Padahal sampai Desember kemarin aku masih mimpiin doi looooo (uuppssss -__-)

But it is not a big problem. Aku menganggap itu semua emang proses. Toh, bagaimanapun aku mempertahankan perasaan juga aku sebenarnya gak tau dia jodohku bukan. Jadi daripada capek mempertahankan rasa sementara yang dipertahankan sudah bersama yang lain ya mau gimana coba? Hahaha (Sedih sih asli sebenarnya -_-) Tapi kan namanya juga hidup, pelan-pelan lewat pelajaran ini aku bisa jadi tau bahwa terkadang kita menyesal dan kemudian harus merelakan pergi sesuatu yang justru ingin didapatkan kembali, kemudian menyesal lagi dan begitu seterusnya. Realita harus dihadapi, dan karena banyaknya pelajaran hati yang bisa diambil, berkatnya aku bisa lebih dewasa.

Ohya, di tahun 2018 juga aku mulai belajar mencintai orang lain lagi tanpa niat melarikan diri dari perasaan sebelumnya. Hehehe~

Thanks to my 2018 for this case HAHAHA

  1. Year full of books, movies, and musics

Ini serius! Tahun 2018 adalah tahun penuh buku, film, dan musik. It means aku paling banyak membaca buku, menonton film, dan mendengarkan musik di tahun ini sepanjang usiaku. The compilation of my books in 2018 bisa kamu lihat di sini. Hehehe. Ini termasuk jadi capaianku sih, bc i said a lot about books, talked the fact that i love books, movies and kinds of music but i am more ignoring them. It was like “Omdo” But in 2018 aku bisa membuktikan kalau aku gak cuma omdo. That i am really loved them! I am no fake really hehehe~ dan lewat buku, film, dan musik akhirnya aku menemukan banyak pelajaran yang kemudian jadi self improvementku. Makanya aku bangga. Wkwkwkwk~

Kenapa buku? Kenapa film dan kenapa musik?

Buku adalah jalan mengurai berbagai persoalan hidup. Kita bisa saja punya masalah yang beda, tapi entah apapun jenis bukunya, judulnya, genrenya, pasti ketika kita membacanya dengan perasaan tulus, kita akna menemukan pelajaran hidup yang justru relevan dengan masalah yang sedang dihadapi saat itu. Mungkin terdengar agak klise, tapi coba si sendiri. Sebagai salah seorang penikmat buku, aku selalu menjadikan buku sebagai sumber kebahagiaan, minimal dengan mencium bau kertasnya hehehe~

Kenapa film? Karena lewat film akhirnya aku bisa melihat bentuk visualisasi kehidupan yang lebih real, sebuah pelajaran yang lebih real yang seringkali dekat dengan kehidupan sehari-hari kita entah papau genrenya. Film atau serial drama (IYA, DRAMA KOREA) yang aku tonton di 2018 yang akhirnya banyak memberiku pelajaran. Emang apa aja Nyik? Barangkali bisa jadi rekomandasi kalian nih!

Trus kenapa musik? Yaa karena bagiku musik tu sumber inspirasi. Ya pkoknya tahun 2018 aku menemukan banyak musik-musik berkualitas atleast menurutku sendiri hahaha.

Oke! Itu tadi beberapa poin my special things in 2018. Kok Cuma 3 Nyik? Achievement kamu gak ada lagi gitu? Kaya prestasi akademik atau organisasi?
Weeehh ada donkk~ prestasi akademik maupun keorganisasi udh include di poin pertama tentang self improvement. Jadi akademik dan organisasi hanya jadi jembatan untuk mencapai titik di poin pertama di atas. Asiiqqq
Aku memang gak punya banayk prestasi btw, hehehe terakhir capaian akademikku ya lolos PKM-Pe didanai aja, dari sana aku belajar bagaimana ribeudnya sebuah penelitian dimulai dan dari sana juga aku bisa belajar untuk persiapan penelitianku sendiri di skripsi nanti. Ada juga sidang jatek yang sudah aku lalui. Hal biasa mungkin untuk teman-temanku sejurusan, tapi buatku beda aku merasa ini sebuah pencapain besar yang harus kuapresisasikan kepada diri sendiri, karena dengan kondisi waktu dan tempat yang terbatas (Bc i lived in islamic dormitory) aku bisa menyelesaikan sidang jatek tepat waktu dengan mendapatkan niali yang memuaskan. Di keorganisasian, tahun 2018 akhirnya aku purna dari semua jabatan di kepanitiaan maupun keorganisasi yang aku miliki. Yeay akhirnya bisa lebih bernapas lega. Yaa Cuma satu ni yang masih nempel jabatannya, jadi A RANGER OF MY DORMITORY (kalau sitilahnya anak bahasa di malhikdua buat nyebut seorang pengurus pondok wkwkwk).

Thanks so much then for reading my story this night. How about your 2018?
Ohyaa maap banyak typo kayaknya :)))

Let’s make the happy moment more and more in 2019!

HAPPY NEW YEAR 🙂