Suka Lupa Kalau Kesehatan Mahal
Hampir setiap kali aku telfon ke Bapak/Ibuk di rumah, maka hal yang pertama kali ditanyakan oleh mereka adalah, “Anik sampun maem? (Anik sudah makan?)” kemudian menuju panggilan suara mau diakhiri, Ibuk lagi-lagi menanyakan hal yang sama, meminta kepastian bahwa aku emang sudah makan (i love foods and i love when i was eating, so stop worrying me bout eating, Mom hehehe). Bahkan ada temen yang sempet nyletuk, “Nyik, pantesan kamu gemuk, tiap kali ditelfon disuruh makan. Kalau sehari telfonmu lima kali kayaknya ditanyain makan 5 kali juga.” diakhiri dengan gelak tawanya, kemudian aku cuma ikutan ketawa dan mengiyakan ucapan konyol temanku itu.
Sejak aku pergi merantau untuk melanjutkan SMA (Actually, my highschool is MA wkwk) dan mondok di Al Hikmah 2 Brebes, tepatnya sekitar kurang lebih 3-4 jam dari rumah jika menggunakan bis, pesan orang tua yang bikin aku bosen adalah pesan “Jangan telat makan”.
sampai sudah kuliah seperti sekarang (dan masih mondok juga), pesan itu jadi pesan yang nempel di posisi teratas otakku. Intinya sih jaga kesehatan, entah Ibuk Bapakku kata siapa, katanya segala penyakit awalnya dari perut, so dijaga perutnya (termasuk biar gak buncit gitu ya Bu? -__-)
“Kamu itu hidup jauh dari keluarga yang biasa ngurus ini itu buat kamu. Jarang pulang, hidupnya bareng sama temen lagi. Jangan telat makan, kalau pondok lauknya lagi gak enak, beli lauk yang enak biar nafsu makan. Selingi makan yang bergizi, udah gakpapa uangnya habis buat makan asalkan sehat. Kamu hidup di pondok jangan suka nyusahin temen-temen. Kalau kamu sakit, yang ngurus siapa? Ya temenmu kan. Apa kamu gak kasihan? Temenmu kan juga sama-sama masih sekolah, tugas mereka kan belajar sama kaya kamu. Masa iya suruh ngerawat kamu kalau sakit. Kan kasian.”
Duh, jadi inget lagi kan~ itu pesan Ibukku setiap aku mau berangkat ke pondok. Sambil beres-beresin barang-barang yang mau dibawa. (Buuuuuk, kangeeeeeen)
Bapakku juga sama, bapak juga nggodain aku bakalan ngasih uang jajan lebih kalau mau makan enak. Kan emang kalau di pondok makannya sederhana-sederhana gitu, apa adanya. Terkadang gak cukup gizi untuk menopang aktivitas kampus dan pondok yang seabreg. So, bapakku ngertiin banget kan? (Paaaaakeee, kangeeeeeen)
Tapi emang bener. Pesan itu memang sangat berarti buatku. Selama aku menerapkan “tidak telat makan” itu, aku cukup jarang sakit di pondok. Sakit paling parah yaa cuma infeksi usus waktu masih di MALHIKDUA dulu yang bikin aku diare satu minggu full. Kalau kamu tau pondokku dulu ngantrinya gimana cuma buat berak? Ngelus dada palingan. Sedikit cerita, jadi waktu sakit itu aku gak berani pulang ke asrama, sampai maghrib di sekolah terus biar kalau mau berak enak. Kamar mandi bersih, dan gak ngantri. Harusnya aku sudah dirawat, karena sudah banyak kehilangan cairan tubuh. Sehari bisa berak 5 kali dan yang dikeluarin encer (What the fucking poo). Gilak kan? Tapi aku mencoba sabar, guys. Karena perizinan pulang pondokku waktu itu sangat ketat, aku mencoba sabar aja. Sampai pada akhirnya aku nggak kuat dan telfon ke rumah minta dijemput saat itu juga. Setelah itu mriyang biasa karena kecapean aja sih, bisa dihitung hanya berapa kali selama 3 tahun mondok di Brebes waktu itu sampai sekarang selama 2 tahun sudah mondok di Yogyakarta. Alhamdulillah wa syukurillah.
Anyway, kata dokter infeksi ususku itu karena bakteri, disamping aku nggak milah-milah makanan yang masuk ke perut. Jajan sembarangan dan suka makan pedes. Selain itu, kondisi air bak mandi dan air minum juga menyumbang bakteri katanya. Yaa itu dari prediksi dokter sih~ tapi aku emang akuin itu. Nah, dari situ aku mulai menjaga makanku lagi guys. Beberapa teman di pondok dari dulu sampai pondok yang sekarang, rata-rata mereka yang gampang sakit, badannya mudah drop yaa mereka yang menyepelekan makan. Suka telat makan, entah ada yang lagi diet, atau emang punya nafsu makan yang sedikit, atau mungkin ada yang jaim kalau makannya banyak. I didn’t ever ask to them. Apapun alasannya, menurutku makan itu nomor satu sih. Hahaha
Aku bukan lagi mengeneralisasi sih yang suka jarang makan itu yang gampang sakit-sakitan. Buktinya yang makannya banyak juga banyak yang sakit-sakitan. Tapi aku mencoba milih makanan mana yang pantes buatku. Merubah moodku, mencukupi giziku.
Pesan ibuk dan bapak masih aku pegang. Aku semakin yakin, apalagi setelah Dr Ryan Thamrin (Dr. Oz) kemarin meninggal karena magg kronisnya. Dokter meeeen~ dokter yang tiap hari memberikan masukan kesehatan ke kita semua bisa terkena maag kronis. Kita juga bisa jadi selanjutnya kalau kita sendiri gak menjaga apa yang kita makan. Aku yakin pesan Ibuk itu memang benar. Aku gak boleh telat makan. Kalian juga gak boleh guys. Selalu perhatikan kesehatan, karena kesehatan itu mahal. Apalagi buat yang di perantauan, lagi berjuang menuntut ilmu, kuliah, mondok, tugas banyak, mobilisasi sana sini. Sehat adalah harta. Sekaya apapun kita, kalau gak sehat, yaa gak ada artinya. Apalagi yang gak sehat otaknya.
Pak, Buk makasih yaa nasihatnya. Meski aku suka diolok-olok karena dianggap sering makan. Gakpapa kok, aku mau nurut sama kalian. Hehe~~
Survive myself, survive yourself!
Salam
Leave a Reply