Masih Percaya, Tidur Pagi = Rezeki Dipatok Ayam
Tidur itu memang kebutuhan setiap yang merasa hidup. Mungkin sebagian orang bahkan menganggap tidur adalah fitrah. Satu hal yang harus disyukuri, bahwa kita bisamemejamkan mata untuk istirahat setelah sederet deadline kita kejar dan kita selesaikan.
Tugas dunia coy! Capek! Pusing gue! Butuh refresh otak gue! Tidur dulu ya! dan banyak lagi ungkapan – ungkapan ingin tidur. Tidur memang enakkok. Saya juga suka dengan tidur. *Beda loh dengan statement : saya suka tidur*
Akhir – akhir ini saya agak tergelitik dengan topik TIDUR. Tergelitik sampai enek (euneuk), sampai – sampai saya jadi suka mengumpat gara – gara masalah tidur.
Segala sesuatu di dunia ini sudah ada masanya masing – masing. Makan ada waktunya, mandi ada waktunya, sholat ada waktunya, bekerja ada waktunya, belajar ada waktunya, sampai berpacaran pun ada waktunya kan? Begitu pula dengan tidur, pun punya waktunya sendiri.
Iya po? *logat jawa*
Ya ya laah… Karena kita hidup sebagai manusia, yang sudah dispesialkan dengan kepemilikan kita berupa AKAL… Akal loh berbeda dengan OTAK. Semua hewan juga punya otak. Sebagai alat pengendali tubuhnya yang disambungkan dengan beribu – ribu sel saraf atau apapun namanya dan mekanismenya. Namun, satu hal yang membedakan kita dengan manusia itu cuma satu AKAL.
Allah memberi kita AKAL untuk mensinergikan kehidupan dengan kehendak kita sebagai manusia. Kehendak kita yaa itu tadi, kebutuhan, termasuk Hak dan Kewajiban. Akal kita lah yang seharusnya mengatur. Nahh, AKAL tadi, dikendalikan lagi oleh hati. Hati di sini adalah berarti sanubari, hati nurani, hati yang terdalam, bukan berupa segumpal organ merah maroon bernama hati.
So, hidup kita pun sudah semestinya diatur dan disenergikan. Kita perlu mengatur waktu, 24 jam yang kita punya untuk apa saja, dengan siapa saja, menghasilkan apa. Semuanya titipan, therefor semuanya juga akan dipertanggungjawabkan nanti di Hari Akhir. #Nah lohhh..
Ngomongin apa sih ini?
Oke,
So, jika di atas saya menyinggung soal waktu tidur, baik saya lanjutan. Jadi memang tidur itu ada batasnya. Ada waktunya. Ada takarannya. Kapan sih? Berapa sih? Nah, sekarang, jika tidur tidak ada waktunya, lalu apakah kita bisa seenaknya tidur di jam – jam yang seharusnya dilakukan untuk bekerja? di toilet? saat mengobrol? Saat makan? Atau saat pacaran apa kita mau tidur seenaknya?
NO!!!
that’s why…
Saya sering mendengar Abah Yai saya di Al Hikmah 2, KH. Sholahuddin Masruri ngendiko bahwa waktu tidur yang baik itu malam, setelah sholat Isya’, sedangkan waktu yang dimakruhkan untuk tidur bahkan ada sebuah riwayat yang menyatakan haram adalah sehabis maghrib, sore setelah ashar dan menjelang maghrib, dan pagi. Saya berulang kali mendengar Abah Sholah maupun Abah Mukhlas (KH.Muhlas Hasyim, MA) ngendiko demikian di berbagai pengajiian bandongan astonan beliau. Terutama saat pengajian kitab Adabul ‘Alim Muta’allim, kitab karangan Mbah Hasyim Asy’ari, ulama pendiri Jam’iyyah Nahdhotul Ulama, yang membahas tentang adab – adab dalam mencari ilmu dan mengajarkan ilmu. Juga di pengajian kitab ‘Idhotun Nasyi’in, yang juga membahsa tentang urusan hati dan akhlak. Begitu pula saat pengajian kitab Ta’lim Muta’allim, dan sampai di pengajian kitab Tafsir Jalalaen.
Kenapa beliau – beliau sering mengingatkan santri – santrinya tentang hal itu?
Karena memang tidur bukan hal yang baik untuk dilakukan terlalu lama. Apalagi dilakukan di waktu yang dimakruhkan. Contohnya, saat pagi dan ba’da maghrib. Saya sering sekali mendapati Abah Sholah dan Abah Muhlas dulu sering duko lantaran santri – santrinya banyak yang tidur saat pengajian. Why? Menurut analisis saya, duko beliau bukan di titik mengapa tidur di jam saya? melainkan kenapa tidur di waktu sekarang.
- PAGI hari.
Pagi adalah waktu yang baik untuk memulai semua rutinitas. Bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa jika kita sudah lalai waktu di pagi hari, rezeki kita akan dipatok ayam. Saya rasa kita semua orang tau maksudnya. Clear.
Dulu, sewaktu di pondok, setiap ngaji bandongan di pagi hari dengan Abah Sholah, pasti beliau memberi peringatan keras untuk tidak tidur. Bahkan, setiap santri yang ketahuan tidur, akan langsung disuruh berdiri di tempat sampai pengajian selesai dengan tetap membawa kitab sekaligus maknani kitabnya. DARR! Jika Abah Sholah sudah memberi peringatan seperti itu. berarti memang ada yang tidak baik dengan TIDUR PAGI! watsthet? Tidur pagi itu membuat hati keruh, otak jundel. Ketika hati keruh dan otak jundel (indo = mampet), dari mana kita akan memperoleh ilmu? Dari mana ilmu akan sampai ke otak kita? Yang ada hanya masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Naudzubillah, tsumma nadzubillah…
That is why!!!
Kecuali, jika semalam suntuk digunakan untuk hal – hal crucial dan dhorurot, seperti lembur pekerjaan atau tugas kuliah, atau apapun yang memang harus diselesaikan di malam itu juga. Maka, tidur pagi diperbolehkan untuk menghindari sakit, untuk mengistirahatkan otak kita.
Atau untuk ibadah.
Ya, ada beberapa ulama yang memang mengkhususkan waktu tidurnya di pagi hari, karena semalam penuh dilakukan ulama tersebut untuk muthola’ah kitab, mengahfal alqur’an, bermunajat kepada Allah. Maka, tidur pagi menjadi haknya.
Eitssss…. Tapi hanya untuk yang sudah maqom yaa…
Untuk kita yang masih menuntu ilmu, tidur pagi tetap saja tidak baik. Sekalipun semalam suntuk dilakukan untuk beribadah, atau mengerjkan tugas kuliah. Boleh sih,, tidur pagi, hanya sesekali. Tidak boleh setiap hari. Apalagi tidur sehabis sholat shubuh.
Lanjutt!!
Kenapa begitu banyak larangan tidur pagi hari?
Pagi hari adalah waktu yang paling cocok untuk menghafal, terutama menghafal Alqur’an. Waktu yang paling baik pula untuk memulai pembelajaran.
So, apa kita tega dengan diri kita sendiri dibiarkan bodoh karena tidur di pagi hari dan waktu habis begitu saja, menyia – nyiakan waktu pagi yang baik untuk menambah hafalan, untuk menambah ilmu.
Think again! cz u wll be respnsible 4 ur life. not ur parents, not ur teacher, but U!
Salam,
Dari yang ingin mnegingatkan,
Untuk sekelilingnya yang hobi tidur pagi.
*Yogyakarta, 12 Maret 2016*
Leave a Reply