Don’t Be Self Constraint to Your Goals

Saat menulis ini aku sedang mendengarkan lagu lofi for 5 a.m yang dibagikan oleh channel Youtube The Bootleg Boy. Padahal juga nulisnya ga pas di 5 a.m juga. Heuheu~ Oke, lets start.

Disclaimer: I don’t belonging the right to motivate you, just sharing what i’ve been for J  maybe you can take some advices here~

Aku baru saja menyelesaikan studi untuk gelar Sarjana Teknologi Pertanian di UGM, fresh graduate beberapa bulan (lumayan lama sih sbenernya, tapi belum 1 tahun kok wkwkk). Tepatnya di Agustus 2019 kemarin aku resmi diwisuda. Menyadari betapa bangganya terhadap diri sendiri atas pencapaian ini wkwkwkw, aku jadi flashback jalan panjang yang mengantarkanku ke hari ini. Skripsi menjadi tools yang sangat berarti dalam menelaah poin-poin kehidupan. Selain tentu gelar, nilai akademik, dan karya, skripsi membawaku untuk lebih memahami makna kehidupan. I can say that SKRIPSI is the best miniatur of a real world for me :’)

Setiap orang pasti punya cerita tersendiri tentang bagaimana ia sampai ke titik seperti diriku saat ini. Ya. Lulus kuliah. Aku yakin semuanya istimewa dengan masing-masing perjuangan dalam melewati tantangannya. Begitu pula diriku sendiri, tak lepas dari semua usaha yang berdarah-berdarah (astagaaa alayy yaaa hehee :p) aku ingin berbagi bagaimana aku memulai perjuangan ini dengan berbagai ke-nekat-an.

Salah satu kendala paling besar dalam membuat karya tugas akhir adalah menemukan IDE. “Everything begins with an IDEA”. Bagaimana memunculkan ide dan merawatnya untuk kemudian dikembangan menjadi sebuah karya? Oke, listen. Ada banyak cara menuju ke titik tersebut, tapi ada bagian penting yang juga perlu diperhatikan sebelum terjun ke dalam ide tersebut. The important thing inside of ourself and only us who can deal and solve it! What is that?

“NO EXCUSE”

Seringkali kita ingkar terhadap apa yang dilakukan otak kita dalam merespon sebuah masalah yaitu KEBANYAKAN ALASAN. Iya guys, itu dia! Dalam kasus skripsi, memunculkan ide sebenarnya perkara mudah. Lihat sekeliling –> temukan masalah –> how to solve. Memunculkan masalah sudah jangan ditanya bagaimana caranya, kita cukup dengan peka terhadap lingkungan dan isu terkait bidang akademik kita sendiri. NAH CLINKK! Ada seribu masalah yang menunggu untuk diselesaikan. Lalu apa yang kemudian menghambat? Yappss, yaitu dalam memilih masalah mana yang mau kita selesaikan. Padahal menurutku hal tersebut akan cukup mudah dengan kita menurunkan ego dalam menentukan standar-standar skirpsi kita. That is how constraints come into our project. Misalnya begini, kisa sudah menemukan topik yang ingin diteliti, yaitu tentang lingkungan yang hubungan dengan siklus daur hidup suatu produk pangan. Ketika kita akan memilih topik tersebut, tak jarang muncul fikiran “Eh jangan topik seperti ini deh, kayaknya bakal lama lulusnya, dosennya susah lagi.” Atau batasan yang dibuat sendiri dengan mengatakan “Wah ini si topiknya biasa banget, aku mau cari yang WOW lagi” atau merasa susah terlebih dahulu padahal belum mencoba “Jangan ini deh, kayaknya susah topiknya banyak itung-itungannya”. Bisa juga lho datang fikiran “Ngapain deh susah-susah skripsi ini kan Cuma S1, cari yang gampang dan cepet aja”

Hayooo ngakuuu siapa yang seperti itu? Kebanyakan mahasiswa akan upset dan menghabiskan waktu yang lama dalam masalah ganti topik ini.

Kebanyakan mikir seperti itu tau – tau sudah 3 bulan aja terlewat tanpa menghasilkan apa-apa. Heuheuheu~~ Time is money dear, kita ga cukup dengan ego untuk menyelesaikan skripsi. Butuh keikhlasan dan ga banyak alasan dalam mengerjakan. Tanpa sadar hal-hal kecil tersebut yang menjadi batasan masalah ide sebelum batasan masalah skripsi ditentukan. Kan repot kalau kita membatasi diri dengan topik yang seperti ini seperti itu, yang mudah, cepat, murah. Hey girls, boys, dear, semua perjuangan butuh modal. Kamu turunkan standarnya, dengan menghilangkan yang mudah tersebut saja deh misalnya. Begini, sebagai yang sudah melewati masa-masa skripsi itu, percayalah gada yang mudah dengan skripsi itu. Percayalah kesusahan-kesusahan berikutnya akan datang bertubu-tubi. Seberapapun kita memilih topik yang termudah dan tercepat, masalah lain akan datang mungkin dari segi dosennya, mungkin dari lingkungan, mungkin dari keluarga, mungkin dari pacar, dan berbagai kemungkinan lainnya. Sebelum kemungkinan-kemungkinan tersebut satu per satu muncul, siapkan mental dengan memilih tanpa ragu apa yang akan dikerjakan selanjutnya. Inget ya, TIDAK ADA SKRIPSI YANG MUDAH SEMUA AKAN SUSAH DENGAN PORSINYA MASING-MASING.

Batas-batas dalam penentuan ide tersebut yang kemudian aku sebut sebagai self constraint. Sebenarnya bukan batasan yang krusial dan teknis menyangkut ide tersebut, tapi lebih pada ego mau yang seperti apa karya kita. Apapun topik yang diambil, hanya pastikan kamu akan enjoy dalam mengerjakannya dan pilih topik yang paling menarik perhatianmu, yes you must into your topicsssss. Kalau suka ilmu tentang keindustrian, pilih tema-tema yang berhubungan dengan industri misalkan rantai pasok, manajemen proyek, manajemen pemasaran, dan lainnya. Misalkan tertarik ke arah produksi sistem, pilih yang berhubungan secara teknis pembuatan produk. Jika tertarik ke arah lingkungan, fokuskan kesana tanpa melihat embel-embel mudah atau susah, cepat atau lama.

Constraint ga datang sekali pada pengambilan keputusan untuk IDE, tapi akan terus muncul sepanjang kamu menjalani penelitian, entah dari biaya maupun waktu. Nah, di sinilah skill intuisi, perhitungan matematismu diasah. Ingat ya, gada skripsi yang murah, jika memang perlu mengorek biaya lebih pastikan itu worth it untuk karyamu, kalaupun ada solusi lain yang lebih terjangkau, gohead take it, its good! Kalau memang mentok, terjang aja! Semua pasti akan ada jalan. Eiiittsss tapi ingat juga harus dengan pertimbangan yang matang yaaaaaa~~

Don’t Be Self Constraint to Your Goals

Sebelum aku matang dengan segala ideku, aku datang dengan ketertarikan terhadap lingkungan, khususnya terkait penggunaan plastik berlebihan di sekitar kita. Kemudian apa yang kemudian muncul di benakku adalah membuat plastik ramah lingkungan berbahan nabati. Apakah saat itu aku sudah terbayang bagaimana aku membuat? Puluhan jurnal aku baca, hanya dibaca. Gambaran teknisnya sama sekali 0 kupahami. Kupilih salah satu komoditas pertanian yang menurut berbagai sumber bisa menjadi salah satu alternatif bahan. Penggunaan bahan ini pun termasuk sedikit, maka kuambillah sebagai ide. Aku bungkus dalam rangkaian proposal penelitian untuk kuajukan ke Departemen TIP sebagai syarat mendaftarkan skripsi dan mendapatkan dosen pembimbing. Sampai sini aku memang nekat. Tak tau sebarapa biaya yang akan kukeluarkan. Gada juga sponsor yang membiayai, padahal biasanya penelitian jenis seperti ini adalah project bersama dosen jadi akan lebih hemat dalam pembiayaan. Soal dosen aku tak ada batasan, buatku semua dosen sama saja. Bahkan aku tidak mengisi kolom dosen pembimbing yang diajukan heheheh. Departemen pasti akan memilihkan dosen yang cocok dengan judul yang kuajukan. Kupikir begitu. Meski dosen yang kemungkinan muncul adalah dosen-dosen senior yang cukup menyeramkan 🙁 aku tidak begitu peduli saat itu, yang penting daftar dulu.

Eladalaaah~~~ dapat dosen pembimbing 1 dan 2 yang sama-sama killer (setidaknya di mata para mahasiswa saat itu), dosen senior, sepuh, dan super syuiibuukk 🙁

Pasrah? IYALAH MAU GIMANA LAGI! Dosen sering pergi-pergi, ke luar kota maupun ke luar negeri. Peduli setan! Aku pepet terus sampai dapat! Ohya, kedua dosen pembimbingku sama-sama tidak bisa diajak janjian lewat whatsapp dooong. Tidak ada yang namanya nanya jadwal beliau, karena super padat dan gakan sempat untuk balas satu per satu permintaan mahasiswa. Oke! AKU SETIAP HARI MENUNGGU DI DEPAN RUANGAN DOSEN DENGAN TANPA KEPASTIAN! Yaa gakpapa siapa tau beruntung hari itu. Kalau tidak bisa dicoba lain kali. 🙁  Naahhh permasalahan seperti ini juga biasanya yang menjadi constarins mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi, yaitu mudah menyerah dengan dosen! Ingat, dosen ga hanya bekerja melayani mahasiswa seperti kita. Coba bayangkan, sudah pasti lebih sibuk beliau kan dari pada kita? Maka dari itu, kita perlu bersabar, dan pepett teruuss udahhh!!!

Ohya, masalah topik dan objek penelitian yang aku pilih adalah topik yang sangat jarang diambil oleh mahasiswa di jurusanku. Selain karena prosesnya yang memungkinkan lama karena penelitiannya di Lab, biaya juga masuk dalam kendala. Apa aku ini memang pengen yang beda gitu? Sebenarnya ga begitu juga, aku memilih topik tersebut karena yaa awalnya aku hanya merasa cocok dengan topik tersebut. Hanya kebetulan saja apa yang aku sukai berbeda dan jarang mahasiswa lain yang juga tertarik, maka dari itulah mungkin rejekiku datang dari hal tersebut. Soal biaya, saat itu aku secara nekat menyediakan hanya 3 juta yang tersimpan di tabunganku untuk membiayai penelitian ini. Padahal aku juga belum tau saat itu akan butuh seberapa banyak lagi untuk menyelesaikan. Yaaaaaaa alhamdulillah, selalu ada jalan. Soooo jangan kebanyakan alasan yaaaa, kalau sudah niat maka seharusnya semua cara akan ditembuuss. Masalah dosen, biaya, tingkat kesusahan topik, pikirkan nanti sambil berjalan. Hal terpenting adalah terus maju!

Ohya, hampir kelupaan. Hal penting lainnya sebelum terjun ke dalam penelitian, pastikan kita matang dengan topik yang kita pilih. Caranya bagaimana? Setelah kita yakin dengan ide yang sudah kita temui, perbanyaklah baca literatur yang berhubungan. SEBANYAK-BANYAKNYA. Tanyalah ke dosen-dosen yang berhubungan dengan topik tersebut. Matangkan dan ajaklah dosen berdiskusi, konsultasikan dan tanyakan apapun dengan dosenmu! Sekali lagi PERBANYAK BACA! Jadilah mahasiswa yang selalu skeptis (dalam artian positif).

Dah segitu dulu yaaa sharingnya dan ingat semua tulisan di atas itu berdasarkan pengalaman pribadi, kalau memang tidak sesuai dengan kalian, gohead. It’s common. Psssstttt~ Skripsi adalah hal yang personal. Hal seperti ini bisa saja terjadi di permasalahan hidup lainnya, misalkan dalam hal pekerjaan. Makanya dari awal aku sudah bilang kalau perjalanan skripsi itu selain untuk pencapaian akademik juga sebagai refrleksi tentang hidup juga. Buanyaaaak banget pelajaran yang bisa diambil dan someday bisa kita terapkan di permasalahan hidup selanjutnya yang mungkin akan jauh lebih berat dibanding hanya skripsi 🙂

Ps: Jangan ambil perasaan ya kalau ada yang tersinggung :p