Pergi untuk Mencari Jalan Pulang

Berharap sedikit meringankan beban fikiran saat ini. Selamat membaca, Terimakasih telah menyempatkan~

Menjadi seseorang dengan tingkat moody yang seringkali melonjak turun maupun naik secara drastis, seringkali aku menjadi seseorang tanpa gairah sama sekali. Terpuruk! Tidak tau harus bercerita dengan siapa. Segala yang kuinginkan seringkali hanya ingin berdiam diri, menyembunyikan diri dari siapapun, atau mendengarkan musik indie dan membaca buku sepanjang hari di bawah selimut tebal di kamar remang yang ranum dan sepi tanpa siapapun. Entah, ini termasuk masalah psikologis macam apa yang sering aku rasakan. Tapi, dengan segala keterbatasan dan tuntutan dari segala penjuru kehidupan, begitu menyiksa! Tempat tinggal yang tidak mendukung, beban kuliah yang semakin menumpuk, belum lagi tuntutan lain dari kepengurusan segala macam bidang keorganisasian yang aku ikuti. Meski sadar ini termasuk konsekuensi, aku tak punya pilihan lain. Selain tetap menyimpan segala kegaduhan pikiran dan hati untuk memberontak. Aku lelah, fikiran dan tenaga, yang berujung pada sebuah keputusan yang mungkin dianggap salah bagi beberapa orang.

Di akhir hari bulan lalu, sebut saja aku telah berbohong dan melakukan dosa besar karena berbohong. Tidak cukup berbohong kepada teman-teman sekamar asrama, tapi juga kepada guruku sendiri (read: Bu Nyai) karena berpamitan dan meminta izin pulang ke rumah padahal hanya ingin kabur dari pondok saja selama 4 hari. Walaupun definisi pulang yang aku maksudkan adalah pulang mencari “ketenangan”. Bagaimanapun saat itu mungkin setan telah banyak meracuni, sampai pada aku tidak memedulikan konsekuensi yang mungkin akan aku terima. Semacam azab mungkin. Hmmm~ Saya menekatkan kabur dari pondok. Semata-mata ingin lari dari kerupekan yang semakin menekan isi hati. Aku berada pada kondisi psikologis yang teramat berat saat itu. Sebagian temanku berkomentar “Kamu kurang istighfar Nyik, jarang baca Al-Qur’an ya?, perbanyak sholawatnya aja Nyik”. Pliss, anggap aku memang sedang tidak dekat dengan Tuhan, tapi apa tidak ada bentuk simpati lain dari kata-kata demikian? Mengetahui jauh dari Tuhan rasanya semakin mencabik isi hati. Semakin sedii ~

Kemudian tanpa fikir panjang aku putuskan untuk mengurus izin pulang ke pengurus pesantren, tanpa ada cerita sebelumnya hingga Mbak-mbak yang memegang kartu izinku kaget ” Ada Apa Nik, kok mendadak mau pulang?” dengan nada santai aku cuma tersenyum dan menjawab dengan seringai dan diikuti “Iyaa, lagi kangen”

Setelah perizinan goal oleh Bu Nyai dengan komentar “Rumahmu kan jauh, kok yo sering muleh to mbak?” Meski diiringi senyum basa-basinya, Bu Nyai tetap mengizinkanku. Entah kenapa beliau sedang luwes sekali padahal sebelumnya ada beberapa Mbak santri yang izin pulangnya ditolak oleh beliau karena setiap bulan ia sudah meminta izin pulang. Aku berhusnudzon bahwa apa yang dilakukan Bu Nyai ini sebagai bentuk ganjaran untukku karena belakangan ini sering dimintai tolong beliau mengurusi proposal perluasan lahan dan beberapa kali menemani beliau entah pengajian maupun melayat. Atau Tuhan memang meluweskan beliau, agar memberiku sedikit kesempatan tentang apa yang baru saja aku pilih.

Pagi harinya aku langsung mengemas barang-barangku. Pakaian ganti, peralatan mandi dan beberapa buku untuk keperluanku kuliah. Aku berangkat pagi-pagi sekali dan sebelumny sudah mengabari teman kelasku untuk menumpang mandi pagi itu karena kebetulan di pondok juga sedang krisis air karena kerusakan pompa airnya. pergilah aku pagi itu, dengan perasaan campur aduk, dan harapan besar perjalanan singkat ini semoga akan mengembalikanku ke tempat ini lagi. Sudah seperti orang minggat, aku berangkat 🙂

Singkat cerita, aku memang tidak pulang, sesuai rencana dan aku memilih tidur di kos salah satu teman KKN ku selama 3 hari berturut-turut. Sedangkan hari-hariku sampai empat hari selanjutnya adalah di lab untuk keperluan menyiapkan sampel-sampel praktikum esok harinya. Overall, terimakasihku sangat banyak dan tidka tau harus aku katakan lagi untuk kebaikan teman KKN ku yang rela direpotin kamarnya secara cuma-cuma sebagai tempat mengungsiku sementara. Hehehe~~

Dari kepergian dan persembunyian singkat ini, aku menemukan jalan bahwa aku hanya membutuhkan istirahat sejenak. Yaaa~ sedikit istirahat, perbanyak relax, kopi dan good vibes.

Selamat pulang 🙂