My Confession

Confession

“I’m selfish, impatient and a little insecure. I make mistakes, I am out of control and at times hard to handle. But if you can’t handle me at my worst, then you sure as hell don’t deserve me at my best.” ― Marilyn Monroe

So, this is me~~ bergolongan darah B, yang katanya banyak orang dan menurut banyak ahli Psikologi, berkepribadian seperti dalam Quotes Marilyn Monroe di atas. “I’m selfish, impatient and a little insecure. I make mistakes, I am out of control and at times hard to handle”. Mengakui sifat di atas, dan masih banyak lagi sifat jelek lainnya dari golonga darah B ini. Katanya memang begitu. Mudah mengakui juga salah satu sifatnya. Entah termasuk sifat yang mana, tergolong sifat jelek atau baik kah?

Ini adalah salah satu catatan dari seorang yang mengakui benar-benar kesalahannya, sifat jeleknya, segala apapun yang dijudge orang. Banyak orang mengira, golongan kami adalah orang yang cuek. Sangat cuek, bahkan sampai dijudge macam-macampun dia akan kebal dengan penulian diri telinganya. Termasuk saya.

Tulisan ini benar-benar menjadi pengakuan, sekaligus permintaan, meskipun ntah siapa yang akan membacanya. Namun, dari kedalaman hati, perasaan lega bisa mencurahkan segalanya di halaman ini adalah yang paling utama. Saat ini aku berbicara dengan halaman putih digital, milih perusahaan microsoft, berbasis office, dan digunakan hampir semua orang untuk mengerjakan tugas-tugas kepenulisan, sekaligus untuk sesuatu seperti yang kulakukan sekarang ini. Aku, sekali lagi, tidak btuh siapapun untuk mendengarkanku, i don’t need them, cz almost them are only give me a judgment, Blame me, suggest me to look in myself, in fact i just need their respect, eye contact, thier smiles, and ~~~ So, dengarkanlah~~ please just listen me, first.

I’m selfish, impatient and a little insecure. I make mistakes, I am out of control and at times hard to handle. But if you can’t handle me at my worst, then you sure as hell don’t deserve me at my best.

Mohon ditekankan kembali, But if you can’t handle me at my worst.

Mungkin ini semacam curahan hati yang sama sekali tidak bermutu. I think so~ that’s true. Tapi, apa orang-orang ini tau betapa aku menyimpan semuanya? Sumpah, demi apa tulisan ini benar-benar absurd, aku yakin maksud yang kuinginkan tidak akan tersampaikan, tapi, apakah kalian tau betapa susahnya menata hati untuk tetap bertahan?

Sepertinya memang aku baik-baik saja, aku selalu ceria, sumringah kalau orang Jawa bilang, bahkan banyak yang bilang aku makin subur, artinya aku semakin gemuk, katanya menandakan aku bahagia. Yaaa,, aku bahagia, aku bahagia, namun bukan bersama mereka. Mereka yang sekarang selalu satu atap denganku. Mereka yang siang malam dpaat kulihat dalam jarak dekat. Aku senang di tempat teduh ini, tapi (lagi)~~

AHHH aku kebanyakan tapi, Do you know?  Tapi itu pun tersendat oleh pertahananku dari air mata yang mendesak ingin keluar dari kelopak mata ini. Kalau begitu, apa kau tau bagaiamana rasanya? Bertahan di depan banyak orang dalam keadaan seperti itu untuk waktu yang lama?

Berulang kali, aku meyakinkan diri, ini adalah perbuatan setan. Aku yakin aku sedang diuji, banyak setan yang sedang menggodaku. Menurut para guru ngajiku, hampir semua mengatakan bahwa dalam menuntut ilmu tidak akan pernah mulus jalannya, selalu ada ujian di sela-selanya, entah di awal, akhir, tengah atau bahkan sepanjang mencari ilmu. Dalam kitab Ta’lim Muta’alimpun dijelaskan demikian, tidak baik rasanya seorang penuntut ilmu menyerah begitu saja oleh keadaan, memilih untuk hidup nyaman, dan menyudahi masa “keprihatinan” nya.

Semua perkataan itu aku ingat selalu. Orang tuaku juga tidak lelah menasehati demikian. Sampai-sampai perkataan itu selalu muncul setiap saat. Bukan hanya saat aku merasa terpuruk seperti sekarang. Saat aku lupa, saat aku benar-benar bebas. Aku selalu mengusahakan agar selalu pula menghadirkan perkataan-perkataan itu setiap waktu Agar aku selalu sadar, ujian senantiasa di depan mata. Bukan hanya saat ini, kemarin, dan bahkan akan seterusnya. Ketika seperti itu, aku memang dapat lebih sabar~~ Sabar, sabar dan sabar, sampai aku lelah. Sampai menggunung unek-unekku di sini. Berulang kali pula ibuku memintaku untuk sabar, Nasehatnya hanya itu saja, dari dulu sampai sekarang. Sabar layaknya kedua orang tuaku ajarkan, layaknya yang mereka contohkan dalam kehidupan sehari-harinya. Kau tau? Air mataku menetes, barusan. Iya, barusan.

Takada yang melihat. Aku yakin, meskipun aku di depan banyak orang saat ini, mereka sibuk masing-masing. Seperti biasa, aku tidak pernah khawatir dengan hal itu. Benar saja aku menangis, bagian ini telah menyentuh ruang rinduku kepada kedua orangtua. Mereka yang mungkin sedang bertahan dalam kesepian, karena ketiga anaknya sedang berjuang sendiri-sendiri menuju kedewasaannya. Mereka yang bertahan dan bersabar dalam do’a-do’a panjangnya. Berdua saling mengusir sepi, menjaga kehangatan rumah, tanpa ada keluh di matanya.

Aku benar-benar tidak tahan dengan kondisi ini. Banyak tuntutan, kekangan, perjanjian sebelah pihak, keributan, perselisihan, pencitraan, dan sebagainya. Aku benar-benar ingin hidup sendiri. Apa ini juga datang dari bisikan setan juga? So, sampaikah aku harus salahkan makhluk ghaib itu? Apa benar-benar dari dia datangnya?

Ooo Tuhan~ Allah Maha Segalanya

Kakiku lemas sudah dalam menopang lelah ini. Mataku perih untuk menahan air mata ini~~~

Bisakah semua orang di sini diam dulu? 5 detik saja, biarkan kehidupan berhenti sekejap itu dulu, dan izinkan aku untuk merasakan hidup sendiri di antara mereka. Merasakan ketenangan batin yang diidamkan. Apa itu bisa Tuhan? Yaaa,, bolehkah seperti itu? Jika memang aku tak diizinkan untuk pindah dari komunitas ini?

Oo~~ Tuhanku,

Memang beginilah, keegoisanku~~

 

Yogyakarta, 10 Agustus 2016

Bersama kelelahan dan air mata, Yogyakarta yang masih istimewa

Btw, selembar pengakuan di atas adalah pengakuan tertulis secara pribadi dari hati yang terdalam saya pada 10 Agustus tahun silam. Dan, sampai sekarang. Tapi, alhamdulillahnya aku harus sangat bersyukur sudah dapat memperbaikinya, merasakan kenyamanan lagi di tempat ini. Well, ternyata memang ada banyak cerita setelah pengakuan di atas. Cerita yang bahkan tak pernah aku duga, hingga mengantarkanku sebuah pembelajaran luar biasa. Cerita itu bagai fatamorgana, namun ternyata memang-memang nyata.

Baik, terimakasih Tuhan. Ternyata aku membutuhkan ini semua. Aku akan menceritakannya lagi setelah ini 🙂

Selamat malam.

Yogyakarta, 22 Januari 2016

(Masih) PP Al Barokah