Tidak Usah Kaget, Dunia Memang Penuh dengan Tipuan
Ini tentang yang disebut sebagai kebodohan zaman sekarang. Orang-orang seperti haus keduniaan, namun sebenarnya mereka berada dalam ancaman, penipuan, dan inilah yang terjadi kepada kita semua. Anggap saja, cerita ini sebagai contoh dan cobalah ambil ibroh.
Ini adalah tulisan tentang komentar untuk yang telah banyak terjadi di sekitar kita, teman-teman kita, atau bahkan kepada diri sendiri yang sedang mengalami, dan bisa jadi kepada diri saya sendiri. Zaman kelihatannya memang benar-benar sudah berada di titik akhirnya. Ketika orang-orang banyak yang sangat mengejar keduniaannya.
Sebut saja, salah satunya, perempuan yang sekarang semakin gila mengejar penampilan terbaiknya. Sebagai kodratnya, keinginan mendapatkan yang murah dengan kualitas langitpun dicari sampai ke ufuk dunia. Teknologi cukup membantu, mencarikannya hanya dengan menuliskan kata kunci di mesin pencari. Wuuuussss…. Muncullah nama-nama penyedia kebutuhan para wanita itu. Sosial media menjadi salah satu media pembawanya. Mereka mudah, murah, namun legalitasnya dipertanyakan.
Suatu hari, hilanglah logika sebagai manusia si perempuan. Situs penyedia layanan murah berkualitas, bagus, dan menjanjikan penampilan yang ngehits dan kekinian kini sudah dikantonginya, tinggal klik pesan, berapa jumlah yang diinginkan, transfer, beres. Tanpa berfikir panjang. Ubun-ubunnya sudah sangat gembira dengan murahnya barang bagus yang sebentar lagi akan ada di tangannya. Padahal, hukum ekonomi tentang kualitas yang berbanding lurus dengan harga masih tetap berlaku. Jika memang bagus, namun harga yang ditawarkan jatuh, maka perlu dipertimbangkan, pasti ada sesuatu. Jangan-jangan itu barang kedua.? Who knows.
Apalagi dunia sekarang musim sekali penipuan, kita memang sedang berada di dunia yang serba bisa dimayakan, namun kenyataannya akan tetap terjadi di dunia nyata, yang nyata-nyata sudah berada di atas penipuan. Tuhan kita, Rosul kita, Kyai kita, ustadz kita, orang tua kita sudah sering mengingatkan. Namun, lagi-lagi sifat ingin ngartis pun dijunjung tinggi sekali, sampai-sampai susah sekali turunnya. Persis seperti anak kecil yang menaiki pohon, namun susah lagi untuk turun ke tanah. Begitu pula keinginan dunia yang dipupuk nafsu tinggi.
Dan kali ini, dunia nyata pun memayakan orang-orang. Alih-alih ingin ngartis dengan modal ngasor. Akhirnya lenyap sudah harapan itu, putung malah yang didapat. Berharap balik modal, malah modalnya ludes tanpa dapat ganjaran apa-apa. Bisa kau sebut penipuan.
ckckckckckckckck
Mau ngartis kok maunya yang MURAHAN? Mohon saling instropeksi. Siapa tau yang nulis juga seperti itu juga. Hehehee…
Tidak usah sok ngartis, toh Tuhan tidak melihat kengartisan kita di dunia. Siapa dia yang dia lihat? Yang suci hatinya, yang dunianya ia perjuangkan karena LILLAH. Sifat ngartis itu ternyata bisa terjadi kepada siapapun yang tidk waspada. Entah itu penghafal alquran, ustadzah, orang hukum, yang pendiam, yang kelihatannya alim, yang pintar, yang anak olimpiade, yang ahli baca kitab salaf, ahli tafsir, anak kyai, anak bu nyai, Bu nyainya sendiri, atau bahkan Pak Kyainya juga, siapapun. Hati-hati dengan Dunia. Tidak Usah Kaget, Dunia Memang Penuh dengan Tipuan.
Moga, 5 Mei 2015
di sebuah desa kaki Gunung Slamet yang dingin, kampung halamanku.
Leave a Reply