Bismillah Nawaitu Hijrah Malih

Malam ini, mungkin malam terakhir sebelum aku bermalam di penjara suci lagi. Besok, doakan saja semuanya lancar, hijrah pun akan dimulai. Setelah dengan pergolatan batin yang sangat hebat. Perdebatan dengan banyak pihak, akhirnya keputusan yang sangat mulia ini kuambil. Kembali mesantren. Menjalani kehidupan ala kadarnya, susah payahnya, lelahnya, suka dukanya. Ini bukan kali pertama kali baru mau pindah ke pesantren. Bahkan dulu hijrah itu dimulai saat aku belum mengerti betul apa arti nyatri , mengabdi, keberkahan, dan lainnya tentang pesantren, tentang Islam, tentang ilmu yang sesungguhnya.

2 hari ini, hidup nomaden, berpindah mencari tumpangan, tempat main, apalah yang lain agar setidaknya tidak membebankan yang ditumpangi. Rencananya, Jumat kemarin sudah mau pindahan, tepat di satu hari setelah Hari Santri Nasional, tidak ada maksud lain sih sebenarnya, ngalap barokah hari Jumat dan masih dalam suasanaHari Santri Nasional saja. Tapi Allah berkehendak lain lagi. Di pondok yang akan aku tempati sedang mengadakan acara Hataman Al Qu
r’an.
Alhasil, semua civitas akademika di pondok pun sibuk semua demi mensukseskan acara. Aku tidakmungkin pindahan dengan suasana yang sedang sibuk begitu. Lagi pula aku belum dapat kabar akan menempati kamar mana.

Aku bersabar, meski sebenarnya hari Jumat kemarin jatah kosku sudah habis. Artinya jika memang tidak akan melanjutkan kontrak, mohon untuk segera pergi. Jika mengulurnya, aka nada biaya tambahan, dan itu tidak murah. Demi menghemat, mengatur segala cara pengeluaran agar bisa bertahan hidup di rantauan selama 2 minggu ke depan menunggu kiriman selanjutnya. Akhirnya, aku putuskan untuk menumpang ke tempat Panda ( sebutan untuk kakak tingkat di Jurusan sekaligus kakak kelas sewaktu di Imersi Malhikdua ). Lumayan, kosnya agak bebas dan tidak diawasi oleh Ibu pemilik rumah jadi lebih aman aku tinggal di sini.

Rasanya kemarin kecewa sekali belum bisa pindah. Padahal, sudah bulat tekadku, aku khawatir saja, melihat keribetan yang timbul sebelum aku pindah, akan mengurungkan niat untuk mondok lagi. Dan itu benar – benar nyata terjadi. Aku sempat ragu, saat teman – teman lain dari CSSMoRA menyarankan untuk tetap kost saja. Banyak alasan yang mereka beri. Selain itu kehidupan yang nyaman di kostnya Panda menjadikan aku ini berfikir banyak lagi tentang keputusan mondok.

Apa aku akan kuat?

Tidakkah nanti lelah?

tapi, bismillah. Demi memenuhi amanat keluarga, Pak Kyaiku, dan banyak yang berharap aku akan meneruskan mengaji. Semoga tetap berkah. Lagipula, mondok dan tidak mondok, tetap saja akan capek. Lebih baik capek yang lebih, tapi juga dapatnya lebih banyak. Tidak untuk ilmu dunia saja. Tidak untuk pekerjaan saja. Tapi untuk masa yang benar – benar depan.

Besok, hari H. Aku masih saja khawatir dengan pindahannya. Akankah berhasil? Maksudku akankah lancar? Aku masih mencari bantuan teman untuk mengantar pindahan. Tapi… belum ada satupun yang memastikan bisa. Terutama yang berkendaraan. Soalnya lumayan jauh jika hanya sepeda dengan barang seabreg itu. Ditambah, jujur aku termasuk orang yang sungkanan meminta bantuan orang lain. Meski sebenarnya akan terlihat baik baik saja. Tidak ada tuntutan yang lebih. Tapi aku tetap merasa merepotkan ke orang lain. Bahasa jawanya ewoh dalam meminta bantuan.

Besok.

Besok dan besok. Aku masih saja khawatir akan gagal pindah lagi. Masih memikirkan bagaimana? Terus sepedaku gimana? Dan sebagainya, tapi aku ingat nasihat orang yang selalu menginspirasiku kemarin. “Apa yang perlu ditakutkan jika kita sbenarnya belum tahu apa yang akan terjadi.” Terimakasih masih mau memberikan nasihat dan mendengarkan keluhan.

Bismillah, lancar! Niat baik akan selalu diganjar dengan yang baik – baik pula.

Bismillah, nawaitutta’alluma lillahita’ala.

Untuk kedua orang tuaku, keluargaku, para Yaiku, Guru – guruku, teman – temanku.

Aku berjanji untuk lebih Yakin dengan pilihan yang mungkin berbeda dengan kebanyakan teman yang lain. Bismillah mondoknya, bismillah ngajinya, bismillah capeknya, bismillah semuanya. Ketika kita bersyukur, semuanya akan terasa lebih ringan.

Allahu Yahfadh…

 

 

Malam Ahad penuh berkah, Yogyakarta poenya 🙂